Monday, June 13, 2011
Oleh-oleh dari Ubud Travel Writing Trip | 2-5 Juni 2011
DAY -1 (June 1, 2011)
Sehari sebelum workshop penulisan perjalanan, sudah ada peserta yang tiba di Ubud, yaitu Windy (Jakarta) dan Vonny (Bandung). Mereka tiba pada sore hari hampir bersamaan, hanya selisih beberapa menit.Saya sendiri tiba di Ubud siang hari dan sepanjang siang hingga sore saya habiskan dengan leyeh-leyeh di teras kamar yang menghadap ke sawah.
Malamnya, kami keluar makan bertiga ke Igelanca Resto (Jl. Ubud Raya) langganan saya yang harganya relatif murah untuk ukuran Ubud. Sembari makan malam itu, kami merancang agenda untuk jalan-jalan besok pagi. Mumpung peserta lain belum berdatangan dan agenda resmi Ubud Travel Writing Trip (Ubud TWT) belum resmi dimulai. Sayang kan, kalo pagi di Ubud hanya dibiarkan berlalu di atas kasur?
DAY 1 (June 2, 2011)
“Pagi ini kita ambil nomor dulu setelah itu cari money changer untuk nuker dollar,” saran Vonny pada saya dan Windy. “Lebih irit bayar pake dollar daripada rupiah,” tambahnya lagi.
Lalu, pagi-pagi sekali pukul 07.20 Wita, kami bertiga sudah meluncur ke rumah the medicine man, Ketut Liyer. Pembaca garis tangan ini diantri banyak orang (yang penasaran) sejak terbitnya novel Eat Pray Love karya Elizabeth Gilbert. Konon, bule-bule Amerika lah yang mula-mula memburunya. Setelah novel EPL menjadi best seller di pasar buku internasional, tamu Ketut Liyer juga kian beragam dari berbagai negara. Begitu EPL diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan syuting film-nya pun diliput gede-gedean oleh media kita, beramai-ramailah orang Indonesia mendatangi Ketut Liyer.
Termasuk Vonny yang sudah menyambangi Ketut Liyer beberapa bulan lalu. Karena sudah berpengalaman, Vonny pun berbaik hati menjadi guide. Bahkan bukan sekedar guide, karena dia juga pengin di-palm reading lagi sama Ketut Liyer.
14.00 – 16.00 Wita: Briefing Persiapan Workshop
Peserta TWT mulai berdatangan menjelang siang dan memilih kamar serta roomate-nya sendiri. Hanya ada satu peserta yang belum datang, yaitu Adelina (Bandung) dikarenakan menggunakan penerbangan siang dari Bandung. Adelina baru tiba di Ubud beberapa menit selepas briefing dan perkenalan. No problemo, kok.
Saat briefing ini saya juga membagikan hand-out berisi materi travel writing serta peta Ubud untuk mempermudah menjelajah Ubud secara independent.
18.00 – 21.00 Wita: Materi Travel Writing di Rendezvous Doux Cafe
Materi pertama TWT adalah memperkenalkan pada peserta tentang genre penulisan perjalanan. Saya sengaja memilih tempat di Rendezvous Doux, kafe dengan meja-meja besar yang dindingnya dipeduhi rak buku. Biar peserta merasa tengah berada di perpustakaan. Biar nuansa writing-nya menjadi lebih merasuk. Hehe..!
Day 2 (June 3, 2011)
07.00 – 09.00 Wita: Briefing pagi di teras bungalow
Sebelum turun ke lapangan untuk mencari data sesuai tema masing-masing, peserta kembali mendapat materi tavel writing. Pagi ini peserta diminta satu persatu untuk menyampaikan ide tema yang dipilih kemudian didiskusikan bersama termasuk mencari sisi-sisi yang mungkin belum pernah tergali. Tema yang paling mudah dikembangkan adalah jika tema itu lekat dengan keseharian kita. Misalnya, yang hobi kuliner, mendingan nyari data tentang kuliner dan jangan maksain mencari data tentang spa kalo kita memang nggak pernah berurusan dengan salon kecantikan. Kecuali jika kita tengah melakukan penelitian untuk kepentingan riset atau skripsi. Biar temanya nggak pernah kita alami, tetep saja bisa jalan. Tapi, travel writing adalah penulisan perjalanan yang kita lakukan dan bahkan kita hayati setiap langkahnya.
09.30 Wita
Semua peserta sudah pada kabur mencari data. Ada yang ikutan cooking class, ada yang memburu kios-kios organik, ada yang ke spa, dll. Ada yang perginya berboncengan dengan motor yang sudah disiapkan, ada juga yang memilih ngontel sepeda sekalian melunturkan lemak-lemak.
18.00 – 22.00 : Materi Fotografi, Tips Mengoptimalkan Kamera Saku @Casa Luna Resto
Sebenarnya ini hanya materi sisipan, sekedar memberi sedikit wawasan pada peserta bagaimana kita memanfaatkan kamera saku dan kamera ponsel sebagai salah satu media mencatat/merekam data secara visual. Sokur-sokur hasilnya bagus, menjadi gambar yang tidak sekedar indah dilihat tetapi yang terpenting juga bisa memberi informasi tambahan bagi orang lain untuk mengenal lebih dekat topik yang tengah kita angkat.
Tapi topik ini menjadobrolan yang seru, karena peserta bisa mempraktekkan langsung dengan memotret menu makanan yang disajikan dari Casa Luna Resto. Resto milik Janet de Neefe penggagas Ubud Writers Festival ini menunya dahsyat-dahsyat. Selain maknyus, penampilannya juga cantik. Jadilah semua peserta beramai-ramai mempraktekkan tipk komposisi dan pemilihan angle saat memotret menu makanan masing-masing.
Day 3 (June 4, 2011)
06.00 – 08.00 Wita: Rice Field Trekking
Sebenarnya agak kecewa juga, saat kami tiba di Ubud bertepatan dengan musim panen. Hampir sebagian besar sawah-sawah sudah terpangkas padinya. Nggak indah dilihat banget. Begitu juga dengan sawah yang ada di depanpenginapan kami, yang tadinya saya jadikan andalan untuk menyegarkan mata.
Tapi kalo nggak jalan-jalan menyusur pematang, rasanya kok ya masih ada yang kurang. Jadilah pagi-pagi sekali sebagian dari peserta maksa tetep trekking menyusur sawah.
09.00 – 17.00 Wita: Ngetrip Rame-rame
Berhubung ini adalah hari terakhir kami di Ubud, saya sengaja meluangkan waktu untuk ngetrip rame-rame dengan peserta. Tapi karena peserta juga punya agenda mencari tambahan data, jadi ngetripnya dibagi parsial. Peserta yang ikutan rice field trekking, dilanjut nyari sarapan nasi ayam Ibu Mangku di Kadewatan yang rasanya luar biasa maknyus itu. Kebayang dong betapa nikmatnya menyantap nasi ayam bali plus sate lilit sehabis jalan-jalan menyusur sawah? Sekembali dari Kadewatan, kami singgah dulu di Museum Antonio Blanco. Meskipun banyak peserta yang mengaku tidak suka lukisan, tapi begitu masuk ke Museum Blanco tetep aja bisa menikmati keindahannya.
Ngetrip rame-rame kloter kedua, diikuti sebagian peserta yang nggak gabung di trip pagi ke sawah, adalah menuju desa Pujung, untuk menjelajah agro wisata Pulina yang memproduksi kopi luwak. Lokasinya terletak di desa Pujung, sekitar 13km dari Ubud ke utara, arah Kintamani. Saya sendiri tidak sengaja menemukan tempat ini. Saat pengin melihat teras padi di Ceking apakah juga lagi habis dipanen, saya lanjutkan perjalanan ke utara terus. Eh, malah nemu agro wisata yang baru dibuka awal 2011 lalu, baru sekitar 3 bulanan beroperasi.
Kebetulan pula, saya lumayan familiar dengan kawasan di Pujung karena pernah tinggal di rumah penduduk di dekat pemandian Kawi, desa Sebatu. Jadilah setelah trekking di kawasan agrowisata, saya ajak teman-teman kembali ke Ubud dengan rute yang berbeda, melewati desa Sebatu, menyusur persawahan dan jalan meliku menuju Tampak Siring, setelah itu ke arah Selatan melewati Pejeng, ke Barat lewat Goa Gadjah dan akhirnya tiba di Ubud kembali. Seruuu…! Dan saya juga enggak capek nyopirnya karena pemandangannya Bali Banget. Hehee…
17.00 – 19.00 Wib: Materi dari Mbak Noviana Kusumawardhani “Menulis dengan Emosi” @BaliBuddha Cafe
Saya sengaja menghadirkan Mbak Noviana Kususmawardhani, cerpenis dan tarot reader yang tinggal di Ubud. Alasannya sederhana, penulis cerpen biasanya menggunakan emosi saat menulis sehingga pembaca menjadi terhanyut dalam karyanya. Menulis travelogue, juga butuh sentuhan emosional penulis/pejalan, agar kisah perjalanan kita menjadi lebih hidup.
Berhubung Mbak Novi ini seorang tarot reader dan jago membaca karakter orang, diskusi ini jadi seru karena peserta diajak mengenal karakter emosinya sendiri. Kata mbak Novi, ketika kita sudah mengenali karakter emosi kita, maka dalam memilih style penulisan juga akan lebih mudah.
19.00 – 21.00 Wib: Narot dan menikmati menu vegetarian di BaliBuddha Cafe
Selepas ngasih materi, sebagian peserta langsung minta ditarot Mbak Novi. Tapi Mbak Novi hanya membatasi 2 peserta karena sudah terlalu malam. Selagi yang lain ditarot, kami menikmati menu vegetarian dari Bali Buddha yang nikmat banget.
21.00 – 23.00 Wib: Ngobrol di teras bungalow
Nggak kerasa, malam ini adalah malam terakhir kami di Ubud. Rasanya kok begitu cepat waktu berlalu. Besok pagi kami sudah harus berpisah. Bahkan Mbak Gina, peserta yang tinggal di Denpasar, sudah berencana selepas subuh akan meluncur karena ada acara perpisahan di sekolah anaknya.
Lalu, malam terakhir itupun kami isi ngobrol dengan seru. Sampe nggak enak sendiri sama tetangga bungalow yang pasti udah gemes karena kami tertawa ngakak-ngakak di malam hari. Derai tawa kami berbaur dengan suara kodok dan jengkerik di sawah yang memecah kesunyian Ubud.
Day 4 (June 5, 2011)
07.00 – 09.00 Wita: Briefing di teras bungalow
Sebelum berpisah, kami ngumpul dulu untuk menyepakatisoal teknis penulisan termasuk deadline pengumpulan tulisan.
11.00 Wita : Bye-bye Ubud
Sebagian peserta meninggalkan Ubud barengan saya. Empat peserta lain, masih bertahan di Ubud hingga sore bahkan ada yang masih stay semalem lagi. Ubud memang bikin betah. Saya pun males meninggalkannya.
Sampe ketemu di Ubud pada travel writing trip yang akan datang ya, Oktober 2011. See you…!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
mbak tita, kayaknya seru banget!
ReplyDeletenext time aku ikut aaah.... :P
jadi kangen Bali... :)
ReplyDeleteI miss you alles vriends
ReplyDeletekapan ada lagi workshopnya mbak? pingin ikutan...
ReplyDeleteKalau kita bergabung dengan Writing Traveling apa saja syaratnya mbak, apakah menggunakan biaya sendiri atau dibiayai sebuah perusahaan atau membayar uang pendaftaran bagi penulis pemula yang mau ikutan dan hobby travelin
ReplyDelete