"smartraveler: travel & publish" brand of my indie publishing company |
beberapa hari lalu saya ngafe dengan beberapa temen penulis. salah satu di antaranya tengah menyiapkan penerbitan indie untuk novel pertamanya. "aku nggak yakin penerbit akan suka naskahku," katanya mengenai alasan kenapa ia memilih jalur indie (berasal dari kata independent atau mandiri). ia pun berkisah tentang naskah novel pertamanya yang banyak mengangkat sisi antropologis. "penerbit akan melihat ini sebagai novel yang nggak laku di pasaran," tambahnya lagi.
saya jadi teringat buku pertama saya, "tales from the road" yang bernasib senada. nggak laku, nggak dipromoin, dan nggak bakal dicetak ulang oleh penerbit. saya terima dengan penuh kesadaran kok, karena memang pembaca indonesia lebih suka diajari "how to travel" ketimbang merenungi sebuah perjalanan ke pelosok-pelosok untuk menemukan jadi diri. dengan kata lain, travel writing di indonesia masih sampai tahap awal "how to travel" bukan "travel for what".
toh, saya masih mujur ya, ada penerbit yang mau mencoba menerbitkan buku saya, meski sejak awal sudah sadar bahwa buku "tales from the road" tak akan laris manis (meski ditulis dengan manis). untuk itu saya sungguh layak mengucapkan terima kasih tak terkira pada penerbit. sebagai ucapan terima kasih, saya buatlah buku lain yang "how to" yaitu buku "eurotrip: safe & fun". diluar dugaan, meski sejak awal saya yakin buku ini bakal lebih laku ketimbang "tales from the road", tapi ternyata nggak sekedar laku. malah, laku banget! dalam waktu kurang dari tiga bulan sudah dicetak ulang. saya jejingkrakan saking girangnya. kegirangan ini saya rayakan dengan menulis buku ke-3 "uktrip: smart & fun". semoga uktrip mengekor kesuksesan sekuelnya, eurotrip.
sekarang saya tengah menyiapkan buku traveling lain yang akan saya terbitkan secara indie. doakan buku-buku indie saya bisa sesukses buku indie-nya dee (dewi lestari) ya.
No comments:
Post a Comment