Satu lagi keuntungan menginap di jaringan silaturahmi sesama backpacker, selain mendapatkan tumpangan yang nyaman, saya punya kesempatan untuk menikmati citarasa kuliner asli Italia, the real Italiano pizza.
Sejak saya datang, Laura (host saya di Verona City, Italy) sudah wanti-wanti agar saya menyisakan waktu untuk makan bareng. Waktu yang kami sepakati adalah malam hari, selepas dia pulang kantor, sebelum kembali ke rumahnya di pinggiran
Siang itu, ketika naik ke bukit San Pietro, saya sempat melihat bangunan restoran itu dari atas. Sebuah bangunan kuno yang bagian halamannya diisi meja kursi berpayung. Tempat yang nggak mungkin saya singgahi jika jalan sendiri karena harganya pasti tak terjangkau. Siapa sangka, Laura malah mengajak saya makan pizza di restoran itu.
Ketika membuka buku menu yang disodorkan waitress, saya tersentak. Bukan karena harganya yang mahal, tapi karena semua menu pizza ditulis dalam bahasa Italia. Mencoba minta buku menu in English ke waitress, tapi setelah menunggu cukup lama nggak diantar juga. Akhirnya, Laura dan Micola –temannya yang ikut menemani- membantu saya menerjemahkan beberapa menu yang saya tunjuk. Ternyata, mereka pun kesulitan mencari beberapa padan katanya dalam bahasa Inggris, terutama untuk ingredient tertentu.
Akhirnya, saya pun menyerahkan pilihan pada Laura dan Micola. “So, what kind of topping do you want? Meet, bacon, or fish?” Saya segera memilih fish sambil membayangkan ikan salmon. Sialnya, nggak tersedia topping ikan. Yang tersedia hanyalah topping kerang dan udang laut. Ya
Ketika pesanan sudah datang, mata saya terbelalak lebar. “Wooowwww…!” Saya sama sekali nggak ngebayangin bahwa kulit kerangnya tidak dikupas dan diletakkan di atas sepiring pizza ukuran jumbo. Akankah saya sanggup menghabiskan pizza dengan topping seafood ini? “This isn’t Indonesian portion. But I’ll try…,” kata saya sambil melahap “seafood pizza” itu dengan semangat. Mumpung dibayarin, hehe….!
No comments:
Post a Comment