Ada dua petualang asal Venice (Venezia dalam bahasa Italy) yang saya kagumi. Yang pertama Marco Polo, pedagang abad ke 13 yang menjelajah jalur sutra dari Venesia hingga Xanadu, Cina. Kala itu Marco Polo baru 17 tahun ketika mendampingi ayahnya berdagang dan menjalin kerjasama dengan Kublai Khan. Keberanian remaja Marco membuat Khan terpesona dan kemudian mengangkat Marco sebagai pegawai diplomatik kekaisaran. Tugasnya antara lain mengawal putri istana yang akan menikah dengan pangeran Persia. Marco pun kian banyak menjelajahi Asia, melintas gurun dan menyeberangi teluk.
Setelah kurang lebih 24 tahun menjelajah Asia, Marco kembali ke Venesia pada usia 41 tahun. Tiga tahun kemudian, terjadi perang antara Venesia dan Genoa. Marco yang semula menjadi salah satu nahkoda dalam pertempuran itu akhirnya tertangkap dan dipenjarakan. Di penjara ia bertemu dengan Rustichello da Pisa yang menuliskan semua kisah perjalanannya menjelajah Eropa hingga Asia.
Kumpulan tulisan yang kemudian dibukukan dengan judul ll Millione (The Travels of Marco Polo), membuat banyak orang penasaran. Tak sedikit yang mengiranya pembual besar karena kisahnya tentang negeri-negeri aneh yang dikunjunginya. Sementara itu banyak pula penjelajah yang tergoda menyusur jejak Marco Polo.
National Geographic juga secara khusus melakukan penjelajahan ini dengan melibatkan sejumlah penulis dan fotografer andal National Geographic, antara lain Michael Yamashita. Perjalanana napak tilas Mike dari Venice hingga Cina ini diterbitkan dalam buku fotografi berjudul Marco Polo: a Photographer’s Journey.Selain itu National Geographic Channel juga pernah memutar serial “the 24 year odyssey of Marco Polo” yang saya tonton lewat televisi berlangganan.
Penjelajah asal Venesia ke dua yang saya kagumi setelah Marco Polo adalah Francesco da Mosto. Barangkali tidak banyak yang mengenalnya. Saya sendiri baru beberapa tahun ini mengikuti petualangannya di BBC Knowledge Channel. Francesco adalah arsitek, sejarawan, penulis, film maker, dan presenter TV. Sejumlah acara petualangan yang ditayangkan di travel channel yang popular adalah "Francesco’s Mediterranean Voyage, a cultural journey through Mediterranean from Venice to Istanbul". Sebagai seorang arsitek dan sejarawan, Francesco bisa mendeskripsikan setiap tempat yang disinggahinya dengan sangat menarik, lengkap dengan detil seni dan budaya yang tersirat di dalamnya. Saya pun jatuh cinta dengan host berambut putih itu.
Dua petualang itulah yang menginspirasi saya untuk mampir ke Venice, termasuk mencari rumah Maraco Polo.
Ternyata, tidak mudah menemukan rumah sang petualang legendaries ini karena ternyata setiap orang memberi informasi yang berbeda tentang letak rumah Marco Polo. Saya jadi teringat tayangan salah satu episode napak tilas jejak Marco Polo di National Geographic channel. Dalam episode itu, fotografer Mike Yamashita berdiri di depan rumah yang konon dipercaya sebagai rumah Marco Polo. Lalu ia bertanya pada setiap orang yang lewat, “Di mana rumah Marco Polo?”. Ternyata setiap orang memberi jawaban yang berbeda arah. Bahkan ada yang menggeleng tanda tak tahu.
Jadi di mana sebenarnya rumah penjelajah Jalur Sutra ini? Ada yang bilang tak jauh dar RialtoBridge dan Grand Canal. Di jalan arah Maliban Theatre kita akan ketemu sebuah restoran pizza yang konon adalah rumah Marco Polo. Bangunan lain yang diyakini sebagai rumah keluarga Marco Polo adalah di Corte del Milion. Namun tak jauh dari dari situ ada opera-house yang juga diyakini sebagai tempat tinggal Marco Polo.
Jangan-jangan memang Marco Polo punya banyak rumah ya, kan dia pedagang? saya bertanya-tanya dalam hati. Tapi bisa juga Marco Polo memang pernah tinggal di beberapa rumah, yaitu saat bersama keluarganya sebelum melakukan perjalanan ke Asia, kemudian saat ia kembali ke Venice 24 tahun kemudian, dan setelah keluar dari penjara mungkin juga menempati rumah yang lain. Barangkali.
image: narsis ala self-timer mode on di depan stasiun santa lucia, venice...siap2 napak tilas..hehehe
(sekedar kutipan dari travelogue "eurotrip" yg sedang saya susun)
No comments:
Post a Comment