Dalam tradisi Katholik, Gua Maria telah ditetapkan sebagai salah satu tempat ziarah karena di tempat tersebut Bunda Maria beberapa kali menampakkan diri pada orang-orang tertentu. Salah satu penampakan Bunda Maria yang paling terkenal adalah penampakan kepada Bernadette Soubirous di sebuah goa di kota Lourdes, Perancis pada tahun 1858. Sejak itulah Lourdes dikenal sebagai tempat ziarah bagi umat Katholik yang paling populer di dunia.
Di Indonesia terdapat puluhan gua tempat penampakan Bunda Maria yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air. Salah satu yang cukup populer adalah gua Maria Sendangsono yang terletak di Kecamatan Kalibawang, Kab. Kulon Progo, Yogyakarta. Keberadaan Gua Maria ini memiliki makna historis bagi perkembangan Gereja Katholik di Indonesia. Di sinilah untuk yang pertama kali dilakukan pembaptisan terhadap 171 warga yang dilakukan oleh Romo van Lith SJ (1863 – 1926) pada tanggal 14 Desember 1904.
Pembaptisan umat Katholik untuk yang pertama kalinya di Jawa ini dilakukan dengan menggunakan sumber air (sendang) yang mengalir di antara dua pohon sono. Lokasi pembaptisan ini kemudian menjadi cikal bakal penyebaran ajaran Katholik di Pulau Jawa. Dalam memperkenalkan agama Katholik, Romo van Lith menyelaraskan ajaran Katholik Roma dengan tradisi Kejawen, sehingga agama Katholik mudah diterima orang Jawa.
Kompleks Sendangsono ini resmi dinyatakan sebagai tempat ziarah umat Katholik sekitar tahun 1929. Ratu Spanyol kemudian mempersembahkan patung Bunda Maria untuk ditempatkan di Sendangsono. Di bawah patung Bunda Maria ini kemudian ditanamkan batu sebagai alas yang secara khusus diambil dari Lourdes, Perancis saat sejumlah pemuda Katholik berziarah ke sana pada tahun 1945.
Kompleks ziarah ini kemudian mulai direnovasi pada tahun 1974 dengan menggunakan dana hasil sumbangan umat. YB Mangunwijaya sebagai arsiteknya memberikan sentuhan bernuansa Jawa di kompleks ini. Bahan-bahan bangunan yang digunakan pun di ambil dengan memanfaatkan hasil alam. Karya arsitektur Romo Mangun ini mendapat penghargaan arsitektur terbaik dari ikatan arsitek Indonesia, untuk kategori kelompok bangunan khusus pada tahun 1991.
Saat ini Sendangsono yang telah berusia lebih dari 100 tahun tak hanya menjadi tempat ziarah umat Katholik saja. Kompleks ziarah ini juga menarik minat masyarakat umum untuk berkunjung. Selain karena tempat ziarah ini berada di kawasan yang indah dan asri, konon, air Sendangsono bisa memberi berkah kesembuhan bagi yang meminumnya. Para peziarah pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini utuk membawa pulang air Sendangsono.
No comments:
Post a Comment