Eksotisme Tana Toraja tak hanya terletak pada keindahan alamnya, tetapi juga pada kekayaan budayanya. Meski sebagian besar masyarakat toraja merupakan pemeluk agama Kristen yang taat, namun mereka juga masih menjunjung tinggi adat istiadat. Bagi mereka, Tana Toraja adalah tanah leluluhur yang harus selalu dijaga kelestarian budayanya. Keberadaan rumah adat Tongkonan sebagai pusat kebudayaan Toraja sangat berperan dalam kelesatarian budaya Toraja.
Rumah adat Tongkonan tidak dapat dimiliki secara individu, namun diwariskan secara turun-temurun oleh keluarga atau marga suku Tana toraja. Di rumah adat inilah keluarga Toraja biasa berkumpul untuk berdiskusi maupun bertukar pikiran. Oleh karenanya rumah adat ini disebut Tongkonan, berasal dari istilah “tongkon” yang dalam bahasa toraja berarti duduk.
Konstruksi rumah adat Tongkonan terbuat dari kayu tanpa menggunakan unsur logam seperti paku. Kedua ujung atapnya menjulang, mirip rumah tradisional Batak di Sumatera Utara. Sebagian orang mempercayai bahwa bentuk atapnya yang seperti perahu melambangkan haluan dan buritan. Namun banyak juga yang menyakini bahwa atap rumah Tongkonan melambangkan kepala dan tanduk kerbau.
Kerbau memang binatang yang memiliki arti penting dalam tradisi Toraja. Pada setiap upacara adat di Toraja, terutama upacara pemakaman, orang Toraja akan menyembelih kerbau sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuan ekonominya. Kemudian tanduk kerbau itu dipasang pada Tongkonan milik keluarga mereka. Semakin banyak tanduk yang terpasang di Tongkonan, semakin tinggi pula status sosial keluarga pemilik Tongkonan tersebut.
Selain tanduk kerbau yang menghiasi Tongkonan, ornamen rumah adat ini juga sangat unik. Orang Toraja hanya menggunakan 4 warna dasar untuk membuat ornamen rumah Tongkonan, yaitu warna hitam, merah, kuning, dan putih. Keempat warna tersebut merepresentasikan Aluk To Dolo yaitu kepercayaan asli orang Toraja. Warna hitam melambangkan kematian dan kegelapan, kuning merupakan simbol anugerah dan kekuasaan Illahi, putih merupakan warna daging dan tulang yang berarti suci, dan merah adalah warna darah yang melambangkan kehidupan manusia.
Semua bangunan rumah adat Tongkonan menghadap ke utara karena mereka meyakini bahwa leluhur orangToraja berasal dari Utara. Namun ada juga yang beranggapan bahwa arah Utara, seperti halnya Timur, merupakan arah yang baik bagi kehidupan. Terlepas dari berbagai mitos dan kepercayaan orang Toraja mengenai rumah adat mereka, eksistensi Tongkonan layak kita hargai. Keteguhan memegang adat dan tradisi merupakan kearifan lokal yang berharga bagi kita semua.
No comments:
Post a Comment