Makassar adalah surga para penikmat ikan. Kota maritim yang menjadi pintu gerbang perdagangan di wilayah Indonesia Timur ini memang menyimpan kekayaan laut yang dapat dijadikan menu santapan lezat. Berbagai jenis ikan laut seperti ikan baronang, sunu (kerapu), cepa, bolu (bandeng), kakap, maupun cumi-cumi yang diracik dalam bumbu khas Makassar selalu menggoda selera pengunjung kota ini.
Jika ingin menikmati masakan ikan segar yang baru ditangkap nelayan, cobalah ke Paotere di bagian utara Kota Makassar. Pelabuhan yang menyimpan sejarah kerajaan Gowa – Tallo sewaktu memberangkatkan 200 armada perahu Phinnisi ke Malaka untuk mengusir penjajah Belanda ini, kini difungsikan sebagai pelabuhan rakyat dan tempat pelelangan ikan (TPI). Di pelabuhan ini kita dapat menyaksikan kesibukan di TPI ini mulai berlangsung sejak dini hari, saat para nelayan melabuhkan perahu dan membongkar hasil tangkapannya. Tak lama berselang, transaksi antara pembeli dan nelayan dalam bahasa Makassar dan Bugis menambah keriuhan TPI. Para pembeli ini umumnya pedagang ikan di pasar atau pemilk warung ikan bakar yang tersebar di seantero kota Makassar.
Di sekitar Pelabuhan Paotere banyak dijumpai warung-warung yang menyajikan menu ikan bakar. Bandeng bakar menjadi primadona di kawasan Paotere. Ikan bandeng ini dibelah dan dibakar dengan tingkat kematangan tertentu, sehingga memberikan aroma khas. Ikan bandeng bakar ini biasa disajikan dengan sambal mangga dan kacang.
Selain di Paotere, di pusat kota Makassar sendiri terdapat sejumlah rumah makan favorit yang menyediakan menu ikan bakar, seperti Rumah Makan “Lae Lae” di Jl. Datu Museng atau Rumah Makan “Aroma Labakkang” di Jl. Chairil Anwar. Ikan bandeng bakar juga dapat dinikmati di Rumah Makan “Pangkep Utama” di kawasan Pasar Baru. Bedanya, bandeng bakar di rumah makan ini tidak dibelah tetapi dibakar utuh dan disajikan dengan sup kacang merah.
Kawasan paling padat yang menyajikan warung ikan bakar adalah di Jl. Metro Tanjung Bunga. Kawasan ini merupakan relokasi para pedagang kaki lima (PKL) yang semula berjejer di sepanjang Pantai Losari hingga mendapat julukan “rumah makan tepanjang” atau “bangku terpanjang” di dunia. Para PKL ini sebagian besar menjual masakan khas Makassar seperti ikan bakar, coto, konro, mie kering, dan lain sebagainya. Hanya saja mereka baru menggelar dagangannya pada malam hari.
Selain hidangan bakar, di Makassar juga terdapat masakan ikan berkuah yang khas, yaitu pallubasa, sejenis sup. Masakan ikan pallubasa yang populer adalah pallubasa kepala kakap di Jl. Mappanyukki. Bedanya dengan sup pada umumnya, pallubasa terasa sedikit asam dan pedas, kuahnya berwarna kekuningan. Bumbu dasar masakan ini adalah kunyit, sereh, belimbing wuluh, irisan cabai rawit, serta tumisan bawang merah dan putih. Masakan yang dihidangkan panas dan berasa asam pedas ini sungguh menyegarkan, apalagi jika disantap pada malam hari.
Kenikmatan makang ikang di Makassar memang tak ada duanya. Apalagi, berbagai menu ikan itu dapat kita nikmati dengan harga terjangkau. Bahkan bisa dibilang murah. Seporsi pallubasa kepala kakap Mappanyukki misalnya, tak lebih dari Rp 10.000. Seporsi menu ini terdiri dari sepiring nasi, sepiring pallubasa berisi kepala kakap berukuran hampir selebar piring. Begitu juga di daerah Paotere, dengan uang sepuluh ribu rupiah, kita sudah dapat menikmati seporsi bandeng bakar. Di kawasan wisata kuliner Tanjung Bunga, kadang-kadang memang sedikit mahal. Maklum, banyak wisatawan dari luar Makassar yang suka bersantap di sana. Meski begitu, untuk menikmati ikan baronang bakar seberat hampir 1 Kg, lengkap dengan sepiring nasi dan segelas air putih tak lebih dari Rp 20.000. Rasanya memang tak berlebihan jika Makassar layak mendapat julukan sebagai surga para penikmat ikan.
(I wrote this article for mediaHALO TELKOMSEL)
Wah ini sudah kira satu tarikan yang baru tidak boleh dilupakan begitu sahaja. Saya amat tertarik dengan tulisan anda ini yang membuatkan saya rasa amat merugikan jika tidak berkunjung ke Makasar. Memang amat unik sekali dan pastinya saya akan ke Makasar hujung tahun 2009 ini untuk merasai hidangan makanan lautyang terdapat di sana.
ReplyDeleteTerima kasih kerana memberikan informasi dalam rencana ini yang saya rasakan banyak membantu mempromosikan Makasar kepada dunia luar.
Aku juga suka Makang Ikang sama temang-temangku berenang lalu jalang-jalang ke pante losari makang pisan epe ehh.okkotski kalau guWe sih asyit-asyit aja eh..maksudnya cuet aja. Silahkanmampir diblogku tentang dialek okkots anak Makassar karena saya orang Makassarji !!
ReplyDelete